Di Jepang, kucing sangatlah populer dan memiliki tempat yang istimewa dalam budaya dan masyarakatnya. Hal-hal yang membuat popularitas kucing sangat tinggi di Jepang yaitu Neko Culture yang merupakan budaya khusus untuk menekankan peran serta kehadiran kucing dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat dilihat dalam berbagai aspek kehidupan Jepang. Kemudian ada Maneki-neko, patung kucing yang dipercaya dapat membawa keberuntungan dan kekayaan yang merupakan simbol yang sangat terkenal di Jepang. Ada pula karakter-karakter kucing yang populer di media Jepang seperti anime, manga, film serta acara televisi. Yang sekarang sedang terkenal juga ada yaitu Kafe Kucing, sebuah tempat di mana pengunjung dapat menikmati minuman dan makanan ringan sambil berinteraksi dengan kucing yang tinggal di kafe tersebut.
Tak ketinggalan, banyak pula produk berlogo kucing seperti mainan, pakaian, perhiasan, dan barang-barang rumah tangga yang industrinya berkembang pesat demi memenuhi permintaan konsumen yang sangat menyukai barang-barang yang berkaitan dengan kucing. Tidak heran bukan, jika kucing memiliki popularitas yang besar di negeri Sakura ini.
Oh iya, minasan jangan lupa baca juga artikel sebelumnya, ya!
Sejarah Kucing di Jepang
Masuknya kucing ke Jepang berawal dari Cina melalui perdagangan pada abad ke-6 atau ke-7 Masehi. Kucing-kucing pertama kali dibawa ke Jepang sebagai hewan peliharaan untuk mengendalikan populasi tikus di kuil-kuil Buddha. Kucing juga memiliki peran penting dalam kehidupan budaya Jepang kuno. Mereka dipuja-puja sebagai makhluk yang dapat membawa keberuntungan. Kemudian patung-patung kucing sering ditempatkan di kuil dan rumah dengan tujuan agar dapat melindungi dari energi negatif. Kucing juga sering muncul dalam seni tradisional Jepang seperti lukisan, ukiran kayu, dan karya seni lainnya. Mereka juga menjadi subjek dalam cerita rakyat dan sastra klasik Jepang seperti dalam cerita klasik Wagahai wa Neko dearu karya Natsume Soseki.
Kucing dalam Seni dan Literatur Jepang
Berikut adalah beberapa contoh bagaimana kucing muncul dalam seni dan literatur Jepang yang populer selama berabad-abad.
浮き世絵 (Lukisan Kayu Jepang)
Ukiyo-e merupakan sebuah lukisan yang termasuk dalam karya seni grafis menggunakan teknik yang disebut teknik cukil. Teknik ini adalah suatu perkembangan teknik melukis pada saat zaman Edo sekitar tahun 1603-1867 di Jepang. Ukiyo-e ini sering menggambarkan kucing sebagai karakter yang menggemaskan dan ceria. Salah satu contoh yang terkenal adalah karya The Cat’s Teapot karya seniman ukiyo-e terkenal bernama Utagawa Kuniyoshi.
Cerita Rakyat Jepang
Ada salah satu cerita rakyat terkenal yang menceritakan petualangan seekor kucing yang memiliki kemampuan magis. Cerita tersebut berjudul Neko no Myojutsu atau Keahlian Sihir Kucing.
Manga dan Anime
Kalau yang satu ini mungkin kebanyakan orang sudah banyak mengetahui dan melihatnya di televisi maupun di internet, baik dari manga (komik Jepang) maupun anime (animasi Jepang). Yang paling terkenal adalah karakter Doraemon, kucing robot yang menjadi teman anak laki-laki bernama Nobita. Di film produksi Studio Ghibli juga terdapat beberapa karakter dan cerita kucing di antaranya Kiki’s Delivery Service, The Cat Returns dan My Neighbor Totoro. Ada pula serial anime terbaru yang menceritakan tentang kucing yang berjudul Dekiru Neko wa Kyou mo Yuuutsu.
Cerita Sastra
Ada pula cerita sastra Jepang yang memunculkan karakter seekor kucing contohnya adalah novel klasik berjudul Wagahai wa Neko dearu karya Natsume Soseki yang menceritakan kisah dari perspektif seekor kucing.
Seni Klasik dan Modern
Kucing juga sering menjadi subjek dalam seni modern Jepang, baik dalam bentuk lukisan, patung, maupun karya seni lainnya. Sehingga, melalui media-media tersebut kucing telah menjadi bagian penting dalam seni dan literatur Jepang, yang mencerminkan status mereka sebagai hewan yang dicintai dan dihormati dalam budaya Jepang.
Maneki-neko: Simbol Kucing dalam Budaya Jepang
Sejarah Maneki-neko dimulai pada abad ke-17. Kucing ini terkadang disebut sebagai kucing melambai dikarenakan mengundang pengunjung untuk mendekat. Maneki-neko sering dipajang di toko-toko dan rumah di Jepang dan Cina. Secara tradisional berwarna putih, terbuat dari porselen, dihiasi dengan cakar emas, matanya yang besar dan berwarna kuning hitam, dan bercak di lengannya.
Namun ternyata, warna Maneki-neko sangat beragam dan memiliki arti yang berbeda-beda.
- Warna calico yaitu hitam, oranye dan putih merupakan kombinasi tradisional dan dianggap paling beruntung;
- Warna putih melambangkan kebahagiaan dan rasa positif;
- Warna emas adalah warna yang paling erat kaitannya dengan uang dan kekayaan;
- Warna hitam untuk mewakili kebaikan dan digunakan untuk mengusir hal jahat;
- Warna merah dianggap membawa kesuksesan dalam suatu hubungan;
- Warna hijau dianggap dapat membawa kesehatan yang baik.
Bentuk dari Maneki-neko sering terlihat memegang suatu benda di kakinya. Sebagian besar apa yang ada di kakinya itu berkaitan dengan kekayaan dan kemakmuran. Terkadang kita melihat Maneki-neko sedang membawa ikan, marmer, permata, palu uang, ataupun koin Jepang. Ada pula perbedaan arti dalam sisi kakinya yang diangkat. Apabila yang diangkat adalah kaki kirinya maka dimaksudkan untuk menarik pelanggan, sedangkan apabila yang diangkat adalah kaki kanannya maka dimaksudkan untuk mengundang kekayaan.
Kafe Kucing: Fenomena Budaya Kontemporer Jepang
Kafe kucing pertama kali hadir di negara Taiwan pada tahun 1998, kafe tersebut diberi nama Cat Flower Garden. Kemudian disusul oleh Jepang karena kafe kucing ini menjadi terkenal, dibukalah kafe kucing pertama di Jepang pada tahun 2004 di Osaka. Kafe tersebut bernama Neko no Jikan (猫の時間). Kafe kucing ini memiliki sistem pengunjung dapat bermain dengan kucing yang berkeliaran bebas di sekitar tempat tersebut. Sebagian besar kafe kucing membatasi pengunjung yang masuk, yaitu hanya yang berusia 13 tahun ke atas. Harga yang ditetapkan juga berbeda-beda tergantung tempatnya. Biasanya harga tersebut belum termasuk makanan kucing dan makanan atau minuman untuk manusia. Di beberapa kafe kucing sudah disediakan stop kontak, buku-buku bacaan seperti komik dan novel, serta ada pula kursi pijat gratis.
Tidak ketinggalan, tentunya di kafe kucing juga ada aturan yang harus ditaati oleh para pengunjung. Di sebagian besar kafe kucing, pengunjung hanya diperbolehkan membelai kucing dan tidak boleh mengangkat ataupun menggendong kucing secara paksa. Tidak boleh membawa makanan kucing dari luar, apabila ingin memberinya makan harus khusus dari kafe kucing tersebut. Apabila ingin berswafoto diperbolehkan, namun tidak diizinkan memotret dengan menggunakan flash. Semua aturan tersebut diberikan dengan tujuan agar kucing-kucing di kafe kucing tersebut dapat tetap hidup sejahtera dan tidak timbul stres yang dapat berpengaruh ke kesehatan kucing-kucing yang ada di sana.
Perlindungan dan Kesejahteraan Kucing di Jepang
Negara Jepang telah menerapkan undang-undang kesejahteraan hewan nasional sejak tahun 1973. Undang-undang tersebut menetapkan pembunuhan, melukai, atau melakukan kekejaman terhadap hewan tanpa alasan yang jelas merupakan suatu kejahatan. Undang-undang tersebut juga menjelaskan kewajiban untuk merawat mereka dan memelihara untuk menjaga kesehatan dan keselamatan hewan, serta juga membesarkan mereka sesuai dengan spesies dan perilaku masing-masing hewan. Hewan-hewan yang tercantum dalam undang-undang tersebut yaitu sapi, kuda, babi, domba, kambing, anjing, kucing, kelinci peliharaan, ayam, merpati peliharaan, bebek peliharaan, dan hewan lainnya. Ancaman pidana terhadap pembunuhan atau kekejaman terhadap satwa yang dilindungi adalah denda atau pidana penjara paling lama satu tahun. Namun, apabila pengabaian dan kekejaman karena kelalaian dapat dihukum dengan denda. Ketentuan tersebut juga berlaku untuk hewan yang digunakan untuk penelitian. Tentunya undang-undang tersebut diperbarui secara berkala demi kesejahteraan hewan yang lebih baik di Jepang.
Kesimpulan
Kucing bukan hanya hewan domestik yang terdapat di Jepang saja, melainkan seluruh dunia pun akan menemui hewan yang sering dikenal memiliki sembilan nyawa ini. Peran kucing sudah ada sejak masa Jepang kuno. Nenek moyang kucing sudah dibawa ke Jepang untuk melindungi kuil Buddha dari tikus selama periode Nara sekitar tahun 710-794 Masehi hingga awal periode Heian tahun 794-1185 Masehi. Para ilmuwan di Jepang juga telah meneliti kaitan kucing dengan kuil-kuil di Jepang. Kecintaan Jepang terhadap kucing tidak terlepas dari unsur keagamaan maupun kekuasaan yang berlaku sejak lama. Kucing dianggap membawa keberuntungan bagi manusia dalam sisi keagamaan di Jepang. Para kaisar-kaisar dari zaman Heian hingga Meiji menjadikan kucing domestik sebagai peliharaannya dan tidak jarang menunjukkan kecintaannya terhadap kucing. Bahkan di pulau Aoshima yang ada di Prefektur Ehime yang terkenal dengan pulau kucingnya, dibentuk sebagai pengganti penduduk pulang yang terus menerus berkurang dikarenakan migrasi ke kota-kota besar. Selain agar menjaga kucing liar, pulau Aoshima ternyata bisa menjadi tempat wisata dan menjadi tujuan turis dari mancanegara dikarenakan keunikannya tersebut.
Daftar Pustaka
https://www.risamedia.com/mengapa/
https://www.cloverblossomsblog.com/2024/02/review-anime-series-dekiru-neko-wa-kyou.html
https://www.catster.com/lifestyle/lucky-cat-maneki-neko/
https://www.japan-guide.com/e/e2314.html
https://japantoday.com/category/features/lifestyle/animal-welfare-in-japan-improving
Kelas Intensif
Oh iya, buat mina-san yang belum bisa membaca hiragana dan katakana, kebetulan kami ada paket belajar agar mina-san bisa menguasai dua huruf dasar bahasa Jepang! Kalau mina-san ingin mahir bahasa Jepang, pembelajaran hiragana dan katakana ini hukumnya wajib ya!
Selain itu, kami juga lagi buka kelas bahasa Jepang intensif online dari level N5 hingga level N3 loh! Kelas dibuka di hari kerja, ada rekaman kelas sehingga mina-san bisa belajar tanpa harus tatap muka secara langsung, dan senseinya mumpuni loh!
Bagaimana? Menarik bukan? Yuk daftar melalui gambar di atas!
最後まで見てくれてありがとうございました!
Terima kasih sudah membaca sampai habis!