Upacara Pernikahan di Jepang Seperti Apa, Ya?

Pernikahan merupakan acara sakral yang dilakukan oleh seluruh pasangan di dunia. Biasanya di dalam pernikahan, baik itu bertemakan internasional maupun tradisional, akan sangat kental dengan adat dan budaya yang dianut oleh kedua mempelai.

Di Jepang, ritual pernikahan dipenuhi dengan keindahan, kesederhanaan, dan makna mendalam yang menceritakan tentang sejarah dan budaya negara tersebut. Sebenarnya, di Jepang juga hampir mirip dengan Indonesia, yaitu pasangan harus mendaftarkan diri ke KUA atau lembaga hukum sosial di Jepang. Setelah itu barulah status pernikahan mereka sudah diproses dan akan sah di mata hukum sebagai pasangan suami-istri. Sehingga sebetulnya upacara pernikahan yang mewah tidak terlalu diperlukan.

Kendati demikian, pasangan yang tetap merayakan upacara pernikahan mereka juga tidak sedikit. Meskipun Jepang sangat menjunjung tinggi budaya, tidak menutup kemungkinan warga negara Jepang juga akan menerima budaya dari luar. Contohnya adalah pernikahan di Jepang yang saat ini sudah dipengaruhi budaya asing seperti tren menikah di gereja menggunakan gaun bergaya barat alih-alih menggunakan kimono. 

Pembahasan kali ini bukanlah tren pernikahan di Jepang, namun pernikahan tradisional Jepang. Upacara pernikahan ala jepang disebut shinzenshiki (神前式) maknanya adalah ritual/upacara yang dilakukan dihadapan Tuhan di dalam kuil. 

Pernikahan tradisional Jepang mengandung banyak rangkaian atau proses, mulai dari perkenalan hingga acara pernikahan selesai. Berikut adalah proses yang biasa dilakukan.

Oh iya, minasan jangan lupa baca juga artikel sebelumnya, ya!

Omiai  (お見合い)

Omiai adalah perjodohan. Mungkin proses ini terkenal tidak penting dan sudah tidak relevan di jaman sekarang. Tetapi, justru proses ini sangat penting, di mana proses ini adalah awal dari semua rangkaian pernikahan. Tradisi ini pun masih dijalankan oleh beberapa keluarga di Jepang. Meskipun pada saat ini banyak juga pasangan yang menikah dengan pilihan mereka sendiri. 

Yui No (結納)

Tradisi ini kurang lebih sama seperti tradisi tunangan di negara kita. Di pertemuan ini kedua keluarga membahas detail pernikahan dan menentukan tanggal pernikahan. 

Nosai no Gi (納采の儀)

Tradisi ini biasanya adalah satu kesatuan dengan tradisi yui no, tetapi ada pula yang melakukan tradisi ini di hari yang berbeda dengan yui no. Tradisi ini adalah calon mempelai pria dan wanita akan saling bertukar hadiah, dengan tujuan untuk menghargai kedua mempelai. 

Yomeiri (嫁入り)

Pada hari pernikahan mempelai wanita mendatangi rumah mempelai pria untuk memulai acara pernikahan. Pengantin wanita mengenakan kimono tradisional berwarna putih yang disebut shiromaku dan seluruh tubuh wanita akan dicat berwarna putih sembari mengenakan penutup kepala sebagai simbol menyembunyikan wajah dari orang lain selain suaminya. sedangkan pengantin pria mengenakan kimono berwarna hitam.

Upacara Shinto (神道)

Upacara ini adalah inti dari pernikahan. Pasangan melakukan serangkaian ritual dimulai dari ketika masuk kuil disambut oleh shinshoku (神職: pemimpin kuil) dan miko (gadis yang melayani kuil). Sebelum memasuki kuil, kedua mempelai akan membasuh tangan dengan air yang disediakan di kuil. Membasuh tangan artinya mensucikan tubuh sebelum acara berlangsung. Kemudian pemimpin kuil memulai acara, shinshoku akan berdoa terlebih dahulu untuk meminta perlindungan, dan juga berdoa untuk membersihkan jasmani dan rohani dari hal jahat. Kemudian shinshoku berdoa kepada Tuhan untuk melaporkan perayaan pernikahan tersebut. 

San San Kudo (三々九度)

Pada ritual ini, pengantin akan menerima tiga cawan sake berukuran berbeda beda. Masing- masing dari ketiga ukuran cawan ini memiliki makna tersendiri. Cawan kecil artinya masa lampau, cawan sedang berarti masa sekarang, dan cawan yang berukuran besar berarti masa depan. Kedua mempelai masing-masing minum tiga tegukan. 

Kenshi

Pada ritual ini pasangan akan saling mengucapkan janji untuk saling mencintai dan mendukung satu sama lain di depan pendeta Shinto

Shugi Bukuro (主義袋)

Ini adalah rangkaian terakhir dari semua rangkaian yang ada, yaitu tamu undangan memberikan amplop berisi uang. Besaran isi amplop ditentukan berdasarkan kedekatan hubungan dengan mempelai. 

Kesimpulan

Bagaimana rangkaian proses pernikahan tradisional Jepang menurut minasan? Menarik bukan?

Meski dalam serangan budaya asing yang terus masuk ke Jepang, masyarakatnya tidak melupakan nilai-nilai budaya yang dibawa turun-temurun oleh leluhur mereka, khususnya dalam bidang pernikahan ini.

Kelas Intensif

Oh iya, buat mina-san yang belum bisa membaca hiragana dan katakana, kebetulan kami ada paket belajar agar mina-san bisa menguasai dua huruf dasar bahasa Jepang! Kalau mina-san ingin mahir bahasa Jepang, pembelajaran hiragana dan katakana ini hukumnya wajib ya!

Selain itu, kami juga lagi buka kelas bahasa Jepang intensif online dari level N5 hingga level N3 loh! Kelas dibuka di hari kerja, ada rekaman kelas sehingga mina-san bisa belajar tanpa harus tatap muka secara langsung, dan senseinya mumpuni loh!

Bagaimana? Menarik bukan? Yuk daftar melalui gambar di atas!

さいまでてくれてありがとうございました!
Terima kasih sudah membaca sampai habis!