Fenomena Masyarakat yang Menua di Jepang

Jepang terkenal bukan hanya dari negaranya yang maju, tetapi juga dari angka harapan hidupnya yang luar biasa. Rata-rata angka harapan hidup penduduk Jepang adalah 83,89 tahun, bahkan banyak pula yang berhasil mencapai angka 100 tahun! Hal ini kontras dengan angka harapan hidup penduduk Indonesia yang hanya mencapai 69,19 tahun. Harapan hidup yang panjang merupakan hal yang positif tetapi apabila terjadi ketidakseimbangan maka hal tersebut akan berubah ke arah yang negatif.

Apa yang dimaksud dengan proses menuju masyarakat yang menua?

Proses menuju masyarakat yang menua yang mengacu pada masyarakat di mana jumlah orang berusia 65 tahun ke atas melebihi 7% dari populasi. Istilah “menuju masyarakat yang menua” berasal dari laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1956, yang merujuk pada 7% atau lebih sebagai populasi lanjut usia. Di Jepang, tingkat penuaan telah melebihi 7,1% sejak tahun 1970 dan negara ini telah memasuki proses menuju masyarakat yang menua.

Definisi masyarakat yang menua

Proses menuju masyarakat yang menua didefinisikan sebagai masyarakat dengan jumlah penduduk berusia 65 tahun ke atas melebihi 7% dari populasi, sedangkan masyarakat yang menua didefinisikan sebagai masyarakat dengan jumlah penduduk berusia 65 tahun ke atas melebihi 14% dari populasi. Dengan kata lain tolak ukur masyarakat yang menua adalah 2x lipat dari jumlah persentase proses menuju masyarakat yang menua. Di Jepang, pada tahun 1995 populasi lansia melebihi 14,6% dan dengan kata lain negara ini telah memasuki masyarakat yang menua. Jika kita melihat data diatas maka jumlah lansia meningkat dua kali lipat hanya dalam waktu 25 tahun.

Latar belakang perkembangan masyarakat yang menua

Faktor utama yang melatarbelakangi perkembangan masyarakat yang menua adalah gaya hidup dan kemajuan dalam perawatan medis. Salah satu faktornya adalah peningkatan jumlah lansia karena peningkatan usia harapan hidup rata-rata di Jepang. Pada saat yang sama, di sisi lain, tingkat kelahiran yang menurun, juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemajuan pesat masyarakat yang menua. Puncaknya pada tahun 1947 persentase kelahiran mencapai angka 4.32%, dan pada tahun 2016 persentase kelahiran berada di angka 1.44%.

Definisi masyarakat super tua

Masyarakat yang menua didefinisikan sebagai masyarakat dengan proporsi penduduk berusia 65 tahun ke atas melebihi 21% dari populasi. 21% dari populasi adalah tiga kali lipat dari 7% proporsi lansia, yang merupakan standar untuk masyarakat yang menua. Di Jepang, populasi lansia melebihi 23% pada tahun 2010, sehingga menjadikannya sebagai masyarakat super-lansia.

Bagaimana dengan Jepang saat ini?

Pada tahun 2021, Jepang masih merupakan masyarakat dengan usia super tua. Masyarakat usia super lanjut terus berlanjut di Jepang, dan situasinya akan terus menua di masa depan.

Hal ini tidak hanya disebabkan oleh perkembangan perawatan medis, tetapi juga oleh fakta bahwa jumlah kelahiran turun di bawah jumlah kematian pada tahun 2010 dan total populasi juga menurun. Meskipun jumlah penduduk menurun, jumlah penduduk berusia 65 tahun ke atas meningkat, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 33,3% pada tahun 2036 dan 38,4% pada tahun 2065. Pada saat itu, orang dengan usia 65 tahun keatas adalah 1:2,6 dan orang yang berusia 75 tahun ke atas 1 dari 3,9 , yang akan menghasilkan masyarakat yang semakin tua.

Contoh piramida pertumbuhan penduduk di Jepang 

Dampak yang akan timbul ketika jumlah penduduk lansia terlalu banyak. 

Masalah ekonomi

Dengan angka rata-rata setiap ibu di Jepang hanya melahirkan 1 bayi, komposisi jumlah penduduk yang produktif (usia kerja) dan tidak produktif akan menjadi tidak seimbang dan akan menyebabkan perekonomian Jepang menjadi lambat. Jumlah usia produktif  di Jepang tak cukup untuk mengisi kekosongan tenaga kerja. Artinya, beberapa industri besar Jepang seperti kendaraan bermotor dan elektronik tidak memiliki tenaga kerja untuk melanjutkan produksinya. Apabila Jepang tidak dapat mempertahankan tingkat produksinya, kemungkinan Jepang akan kehilangan tempatnya sebagai negara dengan tingkat ekonomi terbesar ketiga di dunia.

Selain itu juga pemasukan pajak dari penduduk produktif pun berkurang, sehingga uang pensiun untuk para lansia pun menjadi berkurang. Hal ini mengakibatkan kekhawatiran pada penduduk yang membayar asuransi hari tua saat ini apakah nantinya bisa menerima pensiun sesuai yang dibayar atau tidak. Saat ini jumlah pensiun yang dibayarkan rata-rata perbulan telah berkurang dari tahun sebelumnya, untuk laki-laki sekitar 180 ribu yen (sekitar 18 juta rupiah), dan perempuan 100 ribu yen. 

Masalah kesehatan 

Selain ekonomi hal yang terdampak akibat masyarakat yang menua adalah aspek kesehatan. Terdapat kekhawatiran bahwa sistem pengobatan yang ada, tidak akan mampu mengatasi perubahan struktur penyakit dan peningkatan jumlah orang yang membutuhkan perawatan. Selain itu, jumlah lansia yang membutuhkan perawatan diperkirakan akan meningkat pesat di masa depan. Permasalahannya adalah belum adanya orang yang mampu merawat lansia, dan kemungkinan jumlah lansia yang merawat lansia semakin meningkat. Selain itu diperlukan lebih banyak rumah sakit dan panti jompo, termasuk pekerja di dalamnya. 

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah

Seiring populasi Jepang yang semakin menua, pemerintah pun mulai mencari jalan keluar untuk meningkatkan angka kelahiran, dan pemerintah berencana untuk memberikan uang sebesar 100.000 yen bagi setiap pasangan yang melahirkan satu anak.

 Pemerintah juga telah berjanji untuk mengatasi krisis ini dengan mengambil langkah-langkah untuk mendukung pasangan muda dalam membesarkan anak, misalnya dengan menggratiskan pendidikan prasekolah.

Sementara itu, divisi populasi PBB merilis data bahwa Jepang perlu menaikan usia pensiun menjadi 77 tahun, untuk mempertahankan rasio pekerja pensiunan. Oleh karena itu Jepang memiliki gagasan untuk menjadikan Jepang sebagai “masyarakat bebas usia” dimana orang yang berusia 65 tahun ke atas tidak akan dianggap sebagai lansia, sehingga didorong untuk tetap sehat dan terus bekerja.

Pemerintah Jepang juga sebaiknya mengupayakan reformasi struktural dan ketenagakerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, misalnya dengan mempekerjakan tenaga asing untuk bekerja di Jepang. Sehingga perekonomian negara terus berjalan.

Jika melihat uraian di atas, sebenarnya Jepang masih punya harapan, meskipun penuaan populasinya terus bergerak cepat.

Kelas Intensif

Oh iya, buat mina-san yang belum bisa membaca hiragana dan katakana, kebetulan kami ada paket belajar agar mina-san bisa menguasai dua huruf dasar bahasa Jepang! Kalau mina-san ingin mahir bahasa Jepang, pembelajaran hiragana dan katakana ini hukumnya wajib ya!

Selain itu, kami juga lagi buka kelas bahasa Jepang intensif online dari level N5 hingga level N3 loh! Kelas dibuka di hari kerja, ada rekaman kelas sehingga mina-san bisa belajar tanpa harus tatap muka secara langsung, dan senseinya mumpuni loh!

Bagaimana? Menarik bukan? Yuk daftar melalui gambar di atas!

さいまでてくれてありがとうございました!
Terima kasih sudah membaca sampai habis!