Suku Ainu di Jepang

Bicara mengenai Jepang atau bahasa Jepang sebagian orang mempelajarinya untuk hal-hal praktis seperti ingin mengobrol dengan orang Jepang, bekerja di sana, atau bahkan sekadar menikmati karya-karya kontemporer sejenis kartun, komik, lagu-lagu pop dan seterusnya. Di balik itu, ada juga orang-orang yang belajar bahasa Jepang karena ingin mengetahui nilai budaya yang terkandung dalam negara mereka. Pernah dengar tentang suku Ainu?

Selamat datang di situs web WKWK JAPANESE, situs belajar bahasa dan budaya Jepang yang dikelola oleh orang Jepang! Kalian bisa belajar banyak hal tentang bahasa di sini, mulai dari tata bahasa, kosakata, kanji, partikel dan lain sebagainya. Jangan sungkan-sungkan untuk mengunjungi situs web ini lagi ya!

Di negara Indonesia ini kita mempunyai berbagai macam suku, ras, dan agama yang saling bekerja sama untuk membangun negara ini dengan adat istiadatnya masing-masing yang unik dan beragam. Tapi tahukah kamu kalau Jepang juga mempunyai suku dengan adat istiadatnya sendiri juga loh, suku tersebut disebut sebagai suku Ainu. Apa itu suku Ainu? Langsung saja kita simak penjelasannya pada artikel di bawah ini yuk! 

Siapakah Suku Ainu

Suku Ainu merupakan masyarakat adat Jepang yang berasal dari wilayah utara kepulauan Jepang seperti Hokkaido, Tohoku utara, Sakhalin, dan Kepulauan Kuril. Suku Ainu merupakan masyarakat maritim dengan bahasa, budaya, kepercayaan, tarian tradisional, dan kerajinan tangan mereka sendiri yang unik. Diperkirakan kata “Ainu” mulai digunakan secara luas sebagai nama etnis di Jepang setelah kontak antar kelompok etnis meningkat. Kata “Ainu” berarti “Manusia” dalam bahasa Ainu.

Sejarah Suku Ainu

Kebudayaan Ainu diperkirakan dimulai antara abad ke-9 dan ke-13. Sekitar 10.000 tahun yang lalu pada periode kebudayaan Jomon, masyarakat Ainu mulai mencari nafkah dengan menangkap binatang dan ikan menggunakan busur dan anak panah serta kail pancing, serta mengumpulkan tanaman dan kacang-kacangan. Mereka tinggal di hunian bergaya lubang yang dibuat dengan menggali lubang di tanah dan membangun pilar untuk atap, serta menggunakan tembikar Jomon dengan pola tali.

Selama periode budaya Jomon mereka memperoleh besi dari Honshuu, dan selama periode budaya Satsumon mereka juga memperoleh peralatan seperti pedang dan peralatan batu hampir tidak lagi digunakan. Banyak hal dalam budaya Satsumon yang berhubungan dengan budaya Ainu yang terkenal hingga saat ini.

Pada abad ke-13, selain membuat peralatan mereka sendiri, mereka mulai memperoleh berbagai barang melalui perdagangan, dan jangkauan perdagangan mereka meluas hingga Sakhalin dan Kepulauan Kuril. Sekitar waktu itu, Hokkaido disebut sebagai “Ezochi” oleh orang Jepang, dan orang Jepang yang pindah dari Honshuu ke bagian selatan semenanjung Oshima mulai berdagang dengan orang Ainu.

Budaya Suku Ainu

Budaya Suku Ainu sangat khas, dengan bahasa yang berbeda dengan bahasa Jepang, kepercayaan spiritualitas yang menyatakan bahwa roh tinggal di setiap bagian alam, tarian tradisional yang ditampilkan di acara keluarga dan festival, dan kerajinan tangan seperti ukiran kayu dan sulaman yang menggabungkan pola-pola unik. 

Bahasa Ainu

Bahasa Ainu berasal dari Hokkaido, Sakhalin, dan Kepulauan Kuril. Bahasa ini berbeda dengan bahasa Jepang dan meskipun beberapa aspek susunan katanya serupa, terdapat banyak perbedaan pada tata bahasanya. Pada awalnya bahasa Ainu merupakan bahasa verbal murni, namun sekarang ditranskripsikan menggunakan alfabet latin atau katakana dengan tambahan beberapa karakter khusus. Penggunaan bahasa Ainu menurun drastis karena kebijakan yang mendorong modernisasi Jepang, dimulai pada era Meiji (1868-1912), dan sekarang bahasa Ainu terdaftar sebagai bahasa yang terancam punah oleh UNESCO pada tahun 2009.

Kepercayaan Suku Ainu

Di antara berbagai makhluk dan fenomena yang ada di sekitar manusia, yang mempunyai peranan penting dan mempunyai pengaruh kuat dalam kehidupan mereka adalah kamuy (dewa). Masyarakat Ainu percaya bahwa selain hewan, tumbuhan, gunung, sungai, dan benda alam lainnya, alat-alat buatan manusia juga merupakan kamuy (dewa). Ini karena mereka percaya bahwa kamuy berubah menjadi hewan dan peralatan dan ada di dunia manusia.

Ketika mereka menangkap hewan untuk diambil daging atau bulunya, atau ketika peralatan mereka rusak, mereka melakukan ritual yang disebut “iyomante / okuri” untuk mengembalikan kamuy ke dunia para dewa sebagai ungkapan rasa terima kasih mereka yang sebesar-besarnya. Mereka percaya bahwa jika mereka menunjukkan rasa hormat mereka kepada kamuy, kamuy akan datang kembali kepada mereka dalam bentuk yang berbeda.

Pakaian Tradisional

Pakaian tradisional suku Ainu terbuat dari bahan yang umum dikenali seperti bulu dan tumbuhan. Pakaian yang disebut dengan “Attoushi” ini ditenun dari kulit bagian dalam pohon halibut. Ada juga beberapa jenis pakaian berbahan katun, salah satunya adalah pakaian bernama “Ruunpe” yang kini banyak terlihat di sepanjang Teluk Funka dari Noboribetsu hingga Date.

Ruunpe adalah pakaian yang terbuat dari kain katun dengan potongan kain tipis berwarna putih atau warna lain dan disulam dengan benang.

Pakaian ini memiliki pola yang beragam, dan ada dua cara untuk membuat polanya. Salah satu caranya adalah dengan menjahit kain dengan warna berbeda ke bahan dasar, dan yang lainnya dengan menyulam pola secara langsung.

Kehidupan Suku Ainu

Dahulu, suku Ainu membuat pakaian dari berbagai macam bahan. Selain barang-barang yang terdapat di area sekitar seperti bulu binatang, kulit ikan, bulu burung, serat dari rumput dan pohon. Suku Ainu juga menggunakan barang-barang seperti sutra dan kapas yang diperoleh melalui perdagangan. Dalam hal memasak, mereka menggunakan bahan-bahan yang berkaitan dengan siklus alam seperti salmon, rusa, beruang, anjing laut, serta tanaman musiman seperti bawang, bakung, dan anggur. Di cise (rumah), laki-laki membuat peralatan dan menangani perlengkapan untuk berburu, sedangkan perempuan membuat pakaian dan tikar serta menyiapkan makanan.

Cara hidup suku Ainu telah berubah selama bertahun-tahun. Suku Ainu saat ini melakukan berbagai pekerjaan yang belum pernah ada sebelumnya dan terus menyesuaikan cara hidup mereka dengan perubahan zaman.

Suku Ainu Sekarang

Tantangan yang dihadapi masyarakat Ainu meliputi masalah asimilasi budaya, diskriminasi, dan kesenjangan ekonomi. Meski mendapat pengakuan hukum, suku Ainu terus mengatasi hambatan dalam melestarikan identitas kebudayaan khas mereka.

Berbagai gerakan dan inisiatif yang bertujuan untuk merevitalisasi budaya Ainu yang berfokus pada bahasa, seni, dan praktik tradisional juga dilakukan. Upaya-upaya ini berkontribusi pada gerakan hak-hak masyarakat adat yang lebih luas di Jepang.

Undang-Undang Kebudayaan Ainu tahun 2019 menandai langkah signifikan dalam pengakuan resmi suku Ainu sebagai masyarakat adat, dan mengakui pentingnya melestarikan warisan budaya mereka.

Suku Ainu telah mendapatkan representasi dalam media dan seni modern Jepang, yang mencerminkan meningkatnya kesadaran dan apresiasi terhadap budaya mereka. Sastra, film, dan seni sering kali memasukkan tema suku Ainu ke dalamnya.

Kesimpulan

Suku Ainu dengan sejarah kuno dan identitas budayanya yang unik, mewakili bagian penting dalam sejarah dan budaya Jepang. Meskipun menghadapi tantangan selama berabad-abad, termasuk tekanan asimilasi dan diskriminasi, suku Ainu dengan tangguh mempertahankan tradisi, spiritualitas, dan bahasa mereka. Pengakuan hukum baru-baru ini terhadap suku Ainu sebagai masyarakat adat mencerminkan langkah positif menuju pengakuan dan pelestarian warisan budaya mereka.

Kelas Intensif

Oh iya, buat mina-san yang belum bisa membaca hiragana dan katakana, kebetulan kami ada paket belajar agar mina-san bisa menguasai dua huruf dasar bahasa Jepang! Kalau mina-san ingin mahir bahasa Jepang, pembelajaran hiragana dan katakana ini hukumnya wajib ya!

Selain itu, kami juga lagi buka kelas bahasa Jepang intensif online dari level N5 hingga level N3 loh! Kelas dibuka di hari kerja, ada rekaman kelas sehingga mina-san bisa belajar tanpa harus tatap muka secara langsung, dan senseinya mumpuni loh!

Bagaimana? Menarik bukan? Yuk daftar melalui gambar di atas!

さいまでてくれてありがとうございました!
Terima kasih sudah membaca sampai habis!

Daftar Pustaka

https://ainu-upopoy.jp/ainu-culture/

http://www3.city.noboribetsu.lg.jp/ainu/about/

https://www.ainu-assn.or.jp/index.html