Makanan Tradisional Jepang: Wagashi

Pernah mina-san mendengar pepatah Jepang yang berbunyi “Hana yori Dango”? Secara harfiah ia dapat diartikan sebagai “Dango duluan daripada Bunga”. Maksud dari pepatah tersebut adalah, orang-orang akan lebih mementingkan makanan sebagai suatu media untuk melanjutkan hidup daripada hiasan-hiasan yang tidak terlalu berpengaruh untuk kehidupan. Pernah dengar tentang wagashi sebelumnya?

Selamat datang di situs web WKWK JAPANESE, situs belajar bahasa dan budaya Jepang yang dikelola oleh orang Jepang! Kalian bisa belajar banyak hal tentang bahasa di sini, mulai dari tata bahasa, kosakata, kanji, partikel dan lain sebagainya. Jangan sungkan-sungkan untuk mengunjungi situs web ini lagi ya!

Bahasan kita kali ini adalah camilan tradisional Jepang atau dalam bahasa Jepang disebut dengan wagashi (和菓子).

Apa Itu Wagashi?

Wagashi adalah camilan manis tradisional Jepang yang terdiri dari dua kata, yakni wa (和) yang dapat bermakna ‘Jepang’ atau ‘ketenangan’, dan kashi (菓子) yang memiliki arti camilan manis. Ia mempunyai tekstur yang lembut ketika digigit, oleh karenanya diberi nama wa untuk menonjolkan kelembutan dan ketenangan sebagai filosofi camilan manis ini. Ciri khas dari wagashi ini adalah perbedaannya di tiap musimnya. Satu wagashi menandakan musim satu dan wagashi lain menonjolkan ‘suasana’ musim lainnya.

Meski belum pernah ke Jepang sekalipun, kita sebetulnya tahu salah satu contoh wagashi ini dari kartun atau anime yang hampir pasti menemani masa kecil yang berjudul Doraemon. Dalam beberapa kesempatan dihadirkan makanan kesukaan Doraemon, yakni Dorayaki. Wagashi ini tentunya memiliki berbagai jenis bahkan jumlahnya ratusan.

Wagashi juga bisa disebut sebagai Karya Seni Pancaindra (五感の芸術品; gokan no geijutsuhin). Alasannya wagashi bisa dinikmati dari pancaindra, yakni penglihat, penghidu (pencium), pengecap (perasa lidah), perasa tubuh, dan pendengar. Didesain dan dibuat sedemikian rupa mempresentasikan suatu musim.

Bahan Utama Wagashi

Tidak seperti camilan manis barat yang masuk ke Jepang di zaman Meiji (setelah adanya reformasi), wagashi adalah camilan tradisional unik Jepang yang sudah ada sejak zaman Edo. Salah satu ciri khasnya adalah teksturnya yang lembut karena kebanyakan bahan yang digunakan adalah kacang azuki, tepung mochi, tepung beras dan sebagainya.

Jenis-Jenis Wagashi

Pada artikel ini, wagashi akan dibagi menjadi tiga berdasarkan kandungan air di dalamnya. Mulai dari yang paling banyak komponen airnya adalah namagashi (生菓子), diikuti oleh han namagashi (生菓子) dan terakhir higashi (干菓子).

Namagashi

Namagashi dibentuk atas dua kata, yakni nama (生) bermakna ‘mentah’ dan kashi. Ia dinamakan namagashi karena mengandung banyak air dan relatif lebih cepat basi. Kandungan airnya lebih dari 30%.

Sejumlah wagashi yang termasuk ke dalam kategori ini adalah:

Nerikiri (練り切り)

Castella カステラ

Dango 団子

Han namagashi

Han (半) adalah ‘setengah’. Han namagashi ini memiliki kandungan air 10 hingga 30%.

Sejumlah wagashi yang termasuk ke dalam kategori ini adalah:

Kibidango きび団子

Kurikinton 栗きんとん

Zenzai ぜんざい

Higashi

Higashi juga terdiri atas dua kata, yakni hi (干) yang bermakna ‘kering’ dan kashi. Ia memiliki kandungan air di bawah 10%.

Sejumlah wagashi yang termasuk ke dalam kategori ini adalah:

Hinaarare ひなあられ

Rakugan らくがん

Okoshi おこし

Senbei せんべい

Sejarah dan Modernisasi Wagashi

Wagashi tidaklah serta merta terbentuk akibat Jepang itu sendiri. Beberapa di antaranya adalah karena pengaruh dari makanan yang datang dari negara lain.

Sejarah panjang wagashi dimulai dari zaman Jomon. Kala itu makanan tidak sebanyak sekarang, dan orang-orang di zaman itu mengentaskan kelaparan dengan makan dari buah-buahan (oleh karenanya ada kata 果物).

Namun karena tidak semua buah enak dimakan, beberapa di antaranya direbus terlebih dahulu dengan air untuk menghilangkan rasa pahit di dalamnya, dan ini terjadi ketika mereka baru saja mengenal budidaya padi. Dikatakan bahwa dari zaman inilah terlahir makanan khas Jepang, yakni mochi.

Seiring perkembangan zaman, cikal bakal wagashi pun juga berkembang setelah masuknya berbagai macam manisan dan makanan dari bangsa asing. Khususnya dari orang-orang Han, dibawa masuk ke Jepang oleh kentoushi (遣唐使), orang-orang yang diutus ke Han untuk belajar.

Memasuki zaman Meiji, wagashi juga mengalami perkembangan yang amat sangat. Semakin banyaknya bahan dan budaya yang masuk juga melahirkan wagashi dengan bentuk yang bermacam-macam dan semakin bervariasi.

Kesimpulan

Meski disebut camilan manis Jepang yang khas dan unik, ia tetap tidak terlepas dari pengaruh budaya dari negara asing. Dibuat dengan rasa manis dan dapat dinikmati oleh pancaindra adalah ciri khas dari wagashi.

Bila mina-san sedang berada di Jepang, jangan lupa banyak cicipi wagashi yang dijual di sana ya!

Kelas Intensif

Oh iya, buat mina-san yang belum bisa membaca hiragana dan katakana, kebetulan kami ada paket belajar agar mina-san bisa menguasai dua huruf dasar bahasa Jepang! Kalau mina-san ingin mahir bahasa Jepang, pembelajaran hiragana dan katakana ini hukumnya wajib ya!

Selain itu, kami juga lagi buka kelas bahasa Jepang intensif online dari level N5 hingga level N3 loh! Kelas dibuka di hari kerja, ada rekaman kelas sehingga mina-san bisa belajar tanpa harus tatap muka secara langsung, dan senseinya mumpuni loh!

Bagaimana? Menarik bukan? Yuk daftar melalui gambar di atas!

さいまでてくれてありがとうございました!
Terima kasih sudah membaca sampai habis!

Daftar Pustaka

https://thegate12.com/jp/article/471