Miko: Penjaga Tradisi dan Kearifan Jepang

Bicara mengenai Jepang atau bahasa Jepang sebagian orang mempelajarinya untuk hal-hal praktis seperti ingin mengobrol dengan orang Jepang, bekerja di sana, atau bahkan sekadar menikmati karya-karya kontemporer sejenis kartun, komik, lagu-lagu pop dan seterusnya. Di balik itu, ada juga orang-orang yang belajar bahasa Jepang karena ingin mengetahui nilai budaya yang terkandung dalam negara mereka.

Selamat datang di situs web WKWK JAPANESE, situs belajar bahasa dan budaya Jepang yang dikelola oleh orang Jepang! Kalian bisa belajar banyak hal tentang bahasa di sini, mulai dari tata bahasa, kosakata, kanji, partikel dan lain sebagainya. Jangan sungkan-sungkan untuk mengunjungi situs web ini lagi ya!

Di Indonesia kita memiliki berbagai macam agama seperti Islam, Kristen, Buddha, Hindu, dan lain-lain. Tahukah kamu bahwa Jepang juga memiliki agama mereka sendiri yang disebut dengan Shinto? Pada artikel kali ini kita akan membahas tentang para gadis kuil yang ada dalam agama Shinto. Para gadis kuil  ini disebut sebagai miko. Apa itu miko? Yuk, kita bahas!

Oh iya, minasan jangan lupa baca juga artikel sebelumnya, ya!

Apa itu Miko?

Miko adalah istilah umum yang dipakai untuk menyebut seorang wanita yang melayani para dewa. Mereka melakukan ritual Shinto, seperti membawakan kagura (musik dan tarian Shinto), dan bertindak sebagai asisten para pendeta Shinto.

Pada zaman kuno, miko bertanggung jawab melakukan kagura (musik dan tarian Shinto), berdoa, meramal, dan membacakan ramalan, serta menyampaikan pesan yang dipercayakan oleh para dewa kepada pihak ketiga. Di zaman modern, miko melakukan pelayanan selama ritual Shinto di kuil-kuil.

Sejarah Miko

Asal-usul dari miko berasal dari cerita mitologi dalam Kojiki dan Nihon Shoki. Tahukah kamu bahwa awal mula kepercayaan orang Jepang didasarkan pada mitologi ini?

Jepang pada awalnya memiliki kepercayaan alam pada Yoyorozu no Kami. Ini adalah sistem kepercayaan di mana dewa-dewa ada di dunia alam atau fenomena alam, dan disembah dan didewakan. Mitologi Jepang didasarkan pada kepercayaan alam ini. Kojiki dan Nihon Shoki juga didasarkan pada kepercayaan ini, dan termasuk cerita yang disebut Iwatogakure no Dan di mana dewi matahari Amaterasu Okami muncul.

Dalam cerita ini, Amaterasu Okami sangat tertekan oleh perilaku Susanoo-no-Mikoto, adik dari Amaterasu Okami yang sangat kejam, sehingga ia menyembunyikan dirinya di Ama no Iwato, yang menyebabkan matahari menghilang dan kegelapan menyelimuti dunia. Delapan juta dewa mendiskusikan solusi dan mempercayakannya kepada Ame no Uzume no Mikoto yang merupakan seorang dewi seni dan kerajinan. Di sini, Ame no Uzume no Mikoto menelanjangi dirinya sendiri setengah telanjang di depan Ama no Iwato, menari dan mengadakan pesta. Amaterasu tertarik pada tarian tersebut dan bertanya-tanya mengapa dunia begitu hidup ketika seharusnya diselimuti kegelapan, dan akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari Ama no Iwato.

Ini merupakan awal dari Kagura Mai, yaitu tarian yang didedikasikan untuk para dewa, dan Ame no Uzume no Mikoto yang muncul di sini diyakini sebagai asal mula dari miko.

Peran Miko

Peran Miko di Zaman Kuno

Miko pada zaman kuno memiliki peran untuk menyampaikan pesan-pesan ilahi melalui doa dan kerasukan, serta menjadi penampil kagura dalam upacara ritual. Pada zaman kuno, mereka juga berada dalam posisi pemerintah negara, seperti dalam kasus Himiko dari Yamataikoku, dan merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.

Seiring dengan berkembangnya budaya, konflik pun muncul dan masyarakat menjadi lebih didominasi oleh pria dan posisi sosial miko menjadi lebih rendah.

Peran Miko di Zaman Modern

Pada periode Meiji (1868-1912), miko menjadi sebuah profesi di kuil-kuil.

Selama Restorasi Meiji, di tengah-tengah peradaban dan pencerahan, Pemerintah Meiji menolak keberadaan miko yang melakukan fenomena supernatural seperti kerasukan, dan mereka pun mengeluarkan dekrit yang melarang adanya miko. Hal inilah yang menyebabkan hilangnya para miko tradisional dari mata publik. Itako dan noro yang masih ada sampai sekarang adalah contoh langka dari kemampuan miko dari periode ini.

Banyak kuil yang mulai menghidupkan kembali miko, bukan karena kebutuhan akan mereka sebagai seseorang yang mempunyai kemampuan spiritual, tetapi karena keinginan untuk melestarikan ritual dan tarian kagura yang dilakukan oleh miko sebagai bagian dari budaya seni pertunjukan.

Hal ini mengarah pada pembentukan versi miko masa kini sebagai miko kuil, yang membantu dalam ritual dan melakukan tarian miko di kuil.

Jenis-Jenis Miko

Jika diuraikan lebih lanjut, miko dapat dibedakan menjadi lima jenis.

Miko Istana Kekaisaran (朝廷の巫女)

Merupakan seorang miko yang melakukan ritual di istana kekaisaran. Mereka mempersembahkan tarian miko selama ritual berlangsung.

Miko Kuchiyosekei (口寄せ系巫女)

Miko jenis ini memiliki roh dewa atau roh leluhur di dalam tubuh mereka dan mereka menyampaikan pertanda atau ramalan kepada orang-orang.

Miko Migrasi (渡り巫女)

Merupakan miko yang tidak tinggal di kuil, tetapi berkeliling negara untuk memberikan doa dan semangat. Mereka juga memiliki sisi prostitusi dan mendapatkan uang dengan melakukan tarian dan seni lainnya.

Miko Profesional (本職巫女)

Miko ini adalah seseorang yang menjadikan miko sebagai pekerjaan utama. Mereka dipekerjakan di kuil, dan biasanya mereka merupakan anak perempuan dari seorang pendeta Shinto atau kerabat dekat mereka.

Miko Pembantu (助勤巫女)

Seorang miko paruh waktu yang dipekerjakan selama musim sibuk di kuil. Miko jenis ini sering dipekerjakan sebagai pekerja paruh waktu untuk siswa atau sebagai peserta pelatihan di lembaga pelatihan pendeta Shinto.

Kesimpulan

Miko mempunyai sejarah yang sangat panjang di Jepang, namun mereka telah berubah dalam berbagai variasi tergantung dengan kekuasaan dan budaya pada masanya masing-masing. Tetapi, keberadaan mereka tetaplah menjadi sebuah jembatan antara manusia dan para dewa. Miko juga menjadi simbol yang memikat imajinasi dan keingintahuan orang-orang yang ingin menjelajahi kekayaan adat istiadat dan kepercayaan agama di Jepang.

Daftar Pustaka

Kelas Intensif

Oh iya, buat mina-san yang belum bisa membaca hiragana dan katakana, kebetulan kami ada paket belajar agar mina-san bisa menguasai dua huruf dasar bahasa Jepang! Kalau mina-san ingin mahir bahasa Jepang, pembelajaran hiragana dan katakana ini hukumnya wajib ya!

Selain itu, kami juga lagi buka kelas bahasa Jepang intensif online dari level N5 hingga level N3 loh! Kelas dibuka di hari kerja, ada rekaman kelas sehingga mina-san bisa belajar tanpa harus tatap muka secara langsung, dan senseinya mumpuni loh!

Bagaimana? Menarik bukan? Yuk daftar melalui gambar di atas!

さいまでてくれてありがとうございました!
Terima kasih sudah membaca sampai habis!